DiBalik Dinding Rumah Sakit Part 2
Halo, Kita lanjutkan lagi untuk cerita Dibalik Dinding Rumah Sakit Part 2 nya yah !!
Sudah beberapa kali aku dan teman-teman perawat lain membahasnya, kamar yang pernah menjadi Ruang Perawatan Ibu Juwita.
Beberapa teman cerita, kalau mereka beberapa kali mendengar atau merasakan hal aneh ketika sedang berada di dalam kamar itu, ataupun ketika hanya sedang melintas di depannya. Serign kali terdengar suara perempuan bernyanyi atau sekedar bersenandung. Suara yang menyanyikan tembang jawa. Suara nyanyian perempuan itu bersumber dari dalam kamar.
Ada teman perawat yang akhirnya punya keberanian untuk membuka pintu kamar, yang pada saat itu memang sedang dalam keadaan kosong ketika nyanyian kembali terdengar. Dia tidak menemukan apa-apa. keadaan kamar benar-benar kosong, lalu sekujur tubuhnya langsung merinding hebat. Tanpa pikir panjang dia langsung pergi meninggalkan ruangan.
Ada pula rekan bagian kebersihan yang mengalami peristiwa yang seram juga. Dia tiba-tiba melihat sosok perempuan yang mirip dengan Ibu Juwita tengah terbaring di atas tempat tidur. Tanpa pikir panjang, temanku ini langsung terbirit-birit ke luar ruangan saat itu juga. Banyak kejadian aneh yang menimpa mereka, sedangkan aku sama sekali belum pernah merasakannya. JokerDana
Sampai pada suatu malam, akhirnya aku mengalami kejadian seram yang mungkin akan aku ingat seumur hidup. Malam itu hanya ada tiga ruangan yang berisi pasien, sisanya kosong termasuk ruangan nomor sebelas.
Kebetulan aku kebagian shift malam bersama dengan dua rekan lainnya kami bertugas di lantai itu. Setelah semua pembesuk sudah pergi, suasana kembali menjadi sangat sepi dan senyap, apalagi ketika malam beranjak larut.
" Rida, kami ke lantai satu dulu ya, ada yang butuh bantuan."
Suara Ida mengagetkanku, membuyarkan lamunan.
" Iya tapi jangan lama-lamay ya" Jawabku demikian.
Waktu itu sudah jam dua belas malam ketika akhirnya aku sendirian duduk dimeja depan ruang perawat. Hingga tiba saat nya aku harus mengunjungi ruang pasien satu persatu, memeriksa keadaan dan melakukan keperluan lainnya.
Pasien yang ada di ruangan paling ujung adalah pasien yang paling terakhir aku kunjungi. Untuk menuju ruangan itu aku harus berjalan melintas depan ruangan nomor sebelas, Ruangan Ibu Juwita.
Saat melewatinya pertama kali, gak ada kejadiaan apa-apa. Aku pun gak merasakan ada hal aneh, normal saja dan kamar dalam keadaan gelap dan sunyi. Lalu aku meneruskan langkah menuju pasien paling ujung.
Setelah semuanya selesai, aku kembali berjalan ke ruang perawat, untuk itu aku harus melewati kamar sebelas lagi. Nah pada saat inilah aku melihat hal yang aneh. JokerDana
Dari luar, terlihat dari jendelanya kalau lampu kamar sebelas menyala terang, padahal tadi waktu lewat pertama kali, keadaannya gelap, lampu mati semua. Tanpa berpikir macam-macam aku langsung masuk ke ruangan itu. Benar saja, lampunya menyala semuanya termasuk yang ada diatas tempat tidur. Lalu aku langsung mematikan semua lampu.
Setelah ruangan sudah menjadi gelap, tiba-tiba sesuatu terjadi.
Nyanyian tembang Jawa yang aku ingat dulu Bu Juwita sering menyanyikannya sebelum tidur. Merinding, langsung saja aku bergegas keluar ruangan. Sesampainya dimeja, aku langsung duduk sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.
"Akhirnya aku merasakan apa yang sudah pernah teman-temanku rasakan". Begitu gumamku dalam hati.
Dihadapanku ada lorong panjang yang lampunya sengaja kami biarkan dalam keadaan redup ketika malam hari. Pintu-pintu ruang rawat psien berada pada kanan dan kiri lorong, Ruangan nomor sebelas berada di sebelah kanan. Aku hanya bisa melamun sendirian memandang lorong itu, hingga tiba-tiba ada sesuatu yang mengagetkanku.
Ada Bel berbunyi, Bel yang menandakan kalau ada pasien yang membutuhkan bantuan didalam ruangannya. Aku terkejut, aku kaget karena bel yang berbunyi adalah bel dari ruangan sebelas. Ruangan Ibu Juwita.
Beberapa saat lamanya bel itu terus menerus berbunyi, aku berusaha untuk tidak menghiraukan karena ketakutan, hingga akhirnya bunyi bel berhenti sendiri. Cukup lega, tapi tidak lama kemudian. Suasana kembali menjadi hening dan sepi ditambah dengan perasaanku yang semakin tidak karuan membuat keadaan semakin mencekam. JokerDana
Aku langsung memicingkan mata memandang ke lorong ketika mendengar sesuatu, berusaha mencari tahu sumber suaranya. Ternyata yang ku dengar adalah suara pintu yang terbuka. Pintu ruangan yang letaknya di dekat ujung lorong, tapi aku belum tahu ruangan yang mana.
Terus aku perhatikan lorong itu sampai kemudian ada sesuatu yang terjadi.
Dari kejauhan aku melihat ada sosok yang berjalan keluar kemudian berdiri didepan pintu, menghadap pintu ruangan lain yang ada di hadapannya.
Sosok perempuan berambut panjang mengenakan jubah pasien, berdiri diam sambil tangan kirinya memegang tiang botol infus. Sosok itu keluar dari dalam kamar nomor sebelas. Aku terpaku diam tidak mampu berbuat apa-apa. Tubuh kaku gak bisa digerakkan sama sekali.
Kemudian, perlahan sosok perempuan itu memutar tubuhnya, jadi menghadap ke arah tempat aku duduk. Dalam keadaan lampu uang temaran, aku melihat dari kejauhan dan sangat yakin kalau sosok itu mirip dengan ibu Juwita.
Tubuhku gemetar, ketakutan ketika pelan-pelan dia berjalan mendekat. Gak kuat aku menundukkan kepala dan tidak berani menatap ke depan. JokerDana
"TRRRR...RRRR....RRRR "
Suara roda tiang gantungan botol infus yang bergulir di atas lantai, terdengar ditarik, ditarik mendekat ke arah tempat aku duduk. Aku masih menundukkan wajah tidak berani melihat.
"TRRRR...RRRR....RRRR "
Suaranya semakin dekat dan semakin dekat. sampai akhirnya berhenti berbunyi. Dalam keadaan menunduk, aku sangat yakin kalau sosok yang berjalan membawa tiang infus itu sudah berdiri tepat di hadapan ku. Nyaris Nangis, aku ketakutan.
Semakin ketakutan ketika mulai terdengar pelan senandung nyanyian tembang jawa, suara senandung yang sumbernya sangat dekat. Tubuhku bergetar hebat, cukup lama peristiwa ini berlangsung. Sampai akhirnya, sambil menangis aku memaksakan diriku untuk mengangkat wajah.
Benar, Sosok Ibu Juwita yang sedang brdiri dihadapan, tangan kirinya memegang tiang infus. Mengenakan jubah psien berwarna biru, rambut putih panjangnya tergerai, wajahnya pucat tanpa ekspresi. Iya, datar tanpa ekspresi. JokerDana
Kami brhadapan selama beberapa saat. Dalam ketakutan akhirnya aku mulai bisa untuk berdoa dalam hati. Lalu perlahan aku kembali meundukkan wajah sambil terus berdoa. Lama kelamaan senandung nyanyiannya menghilang, hingga akhirnya gak terdengar lagi.
Ketika sudah muncul keberanian, aku mengangkat wajah ku. Sosok Ibu Juwita sudah tidak terlihat lagi, hanya lorong gelap kosong yang ada di hadapan. Gak berapa lama kemudian, dua rekanku berdatangan. Selesai, cukup sekian cerita malam ini.
Selamat menikmati.!(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar