Minggu, 26 Juli 2020

Penampakan Hantu di Rumah Sakit

Penampakan Hantu di Rumah Sakit

Penampakan Hantu di Rumah Sakit

Berikut certa seram dari mas Brii, langsung aja yah kita simak cerita nya Mas Brii

Ada pengalaman seram yang gw alami di beberapa Rumah Sakit. Nah malam ini gw akan cerita di RS Hasan Sadikin Bandung

Masih selalu ingat Ketika Bapak gw bilang kalau Rumah Sakit itu termasuk tempat yang “SUCI”.
Dinding-Dindingnya banyak mendengar Doa tulus yang terucap, baik dari yang sedang sakit maupun yang sehat walafiat.

Tapi meskipun begitu, perasaan gw tetap aja gak enak setiap kali masuk rumah sakit, entah datang sebagai pengunjung atau sebagai pasien. Beberapa kali juga gw lihat sedihnya “Perpisahan”, bukan dari sisi yang ditinggalkan, tetapi dari sisi yang meninggalkan, alias Berpulang.

Ahmad adalah salah satui teman baik gw, temanan sejak SMA. Kami sama-sama kuliah di Bandung, walaupun beda kampus. Jokerdana

Singkat cerita, pada suatu hari ahmad mengabarkan bahwa bapaknya sedang dirawat di rumah sakit, Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung tepatnya

Peristiwa ini terjadi pada masa awal gw kuliah, kala itu masih kost didaerah jalan Ciumbuleuit,Bandung. Karena jarak Kost dan Rumah Sakit Hasan Sadikin gak terlalu jauh, gw langsung meluncur ke sana Ketika ahmad memberikan kabar itu. Sebelum nya memang Pak Solihin ( Bapaknya Ahmad ) sudah sakit-sakitan sejak lama. Dan belakangan ini sakitnya tambah parah.

Waktu itu RSHS masih belum di renovasi besar-besaran seperti sekarang, masih bangunan lama dengan arsitektur Belanda. Rumah sakit yang tergolong besar memanjang dari jalan Eykman sampai ke jalan Pasteur.

Gedung Bangunan tempat pak Solihin di rawat cukup jauh dibelakang, gw jalan hamper sampai di ujung komplek bangunan rumah sakit.

Tahukan ruangan apa yang biasanya di tempatkan pada paling ujung dan pojok bangunan ?
BENAR, Ruang Jenazah

Tapi gw jalan gak sampai keruang jenazah. Beberapa belas meter sebelumnya gw sudah belok ke kanan.

Waktu itu karena mungkin masih sekitar jam Sembilan, lingkungan RSHS masih belum terlalu sepi, masihj ada beberapa orang lalu Lalang di sekitaran Gedung rawat Inap.

Gak susah juga mencari ruangan Pak Solihin, gw langsung menemukan nya begitu masuk ke Gedung ruang perawatan. Ketika sudah berada di dalam ruangan, gw lihat Cuma ada Ahmad dan Pak Solihin.

Ahmad dengan telaten sedang membalur tubuh bapaknya dengan minyak kayu putih. Setelah Berbincang sebentar dengan pak Solihin, Ahmad mengajak gw ke luar ruangan, supaya bapaknya dapat beristirahat.

Kami duduk di kursi kayu didepan Gedung. Disitu Ahmad bercerita banyak, intinya penyakit radang paru-paru yang diderita Bapaknya sudah tergolong parah. Menurut Ahmad, kalau dalam minggu ini gak ada perkembangan bagus maka keluarga memutuskan untuk membawa pulang dan dirawat di rumah saja.

Setelah berbincang sampai jam dua belas malam, gw pamit pulang. Tapi Ahmad minta tolong, agar esok harinya gw datang lagi ke rumah sakit menemani dia menginap disitu. Gw menyanggupi ajakan nya dan akhirnya gw pun pulang. Malam itu tidak terjadi apa-apa. Jokerdana

Keesokan harinya,setelah selesai kuliah g wakan langsung ke RSHS memenuhi permintaan Ahmad. Gw memutuskan untuk pulang dulu ke kost-an dan akan ke RSHS selepas Magrib.

Sial.ternyata gw ketiduran. Terbangun sekitar jam sebelas malam, buru2 gw bersiap ke RSHS. Sebelum pergi gw coba telpon Ahmad, tp ponsel nya gak aktif. Gw putuskan langsung berangkat saja. Gak sampai 15 menit dan hw sampai ke RSHS.

Memang sudah terlalu malam, seharusnya pengunjung sudah tidak diperbolehkan masuk. Gw coba telpon ke Ahmad sekali lagi, tapi masih belum aktif juga ponselnya.
Saat itu posisi sudah berada di Lobby, gw coba sekali lagi menelpon Ahmad supaya menjemput gw di lobby, tapi masih belum aktif juga ponselnya. Dan akhirnya gw nekat, Ketika pak satpam teralihkan Fokusnya, gw nyelonong masuk dan Sukses…!!

Jam setengah dua belas malam itu suasananya berbeda dengan yang gw rasakan pada malam sebelum nya, jauh lebih sepi. Sepanjang Lorong yang gw lalui sangat hening, g ada orang lalu Lalang. Gw masih berpikir mungkin karena sudah nyaris tengah malam.

Btw. Lorong RSHS ini bentuknya Lorong terbuka, hanya tiang tiang kayu yang menunjang atap di atasnya. Jadi udara dingin Bandung langsung menerpa tubuh yang salah kostum, karena hanya menggunakan celana pendek. Lorong sepanjang kira2 300 meter itu terasa berkilo kilo Panjang nya.

Karena perasaan gw mulai gak enak sejak masuk ke area Gedung rawat inap, gw gak melihat satu orang pun. Sepiii… dan hanya terdengar Langkah kaki gw saja. Udara semakin dingin suasana semakin hening, semakin gak enak perasaan gw.

Sempat berpikir untuk Kembali ke Lobby, tapi hak jadi karena ruangan pak Solihin hanya tinggal beberapa puluh meter lagi. Gw memperlambat laju jalan, Ketika melihat sesuatu di depan Gedung rawat inap

Dari kejauhan, gw melihat ada seseorang yang sedang duduk di kursi kayu dekat pintu masuk. Karena lampu selasar gak terlalu terang dari jarak sekitar dua puluh meter gw masih belum bisa memastikan siapa orang itu, tapi dari perawakan nya tampak nya gw kenal.

Ah leganya, ternyata itu pak Solihin.
“ Alhamdulillah beliau sudah sehat..” Gumam gw dalam hati

Padahal kemarin untuk bangun dari tempat tidur saja susah, tetapi sekarang sudah bisa duduk di kursi luar.

“ Assalamualaikum, Alhamdulillah.. sudah enakan badan nya pak ?” tanya gw ke pak Solihin

“Waalaikumsalam, Alhamdullilah Brii, sudah enakan.” Jawabnya sambal tersenyum.

Ketika gw tanya Ahmad kemana, beliau bilang Ahmad mendadak pulang ke Serang karena ada keperluan. Kota Serang Propinsi Banten adalah kampung halaman Pak Solihin dan Keluarga. Cukup jauh dari Bandung.

“ Ah, sialan si Ahmad. Gak bilang bilang kalau pulang mudik”. Sungut gw dalam hati, sudah gitu ponselnya gak bisa di hubungi. Kalau tahu begitu, gw gak akan datang ke RSHS. Jokerdana

“ Trus Bapak sama siapa di sini? Siapa yang menemani?”

“ Gak ada. Gak apa-apa, Bapak sudah enakan kok,” jawab Beliau sambal tersenyum

Kami duduk bersebelahan di kursi kayu Panjang dan g ada orang lain di sekitar. Perawat yang biasanya berseliwean pun gak terlihat sama sekali. Kami berdua lebih banyak diam, karena memang kami jarang ada kesempatan bertemu.


“ Bri, bapak ke toilet dulu ya,” ujar Pak Solihin memecah keheningan malam.

“ Iya Pak, perlu saya antar?”

“Gak perlu Brii,” Jawab Pak Solihin datar tanpa senyum.

Kemudian beliau berjalan masuk ke dalam ruang rawat inap tempat toilet berada. Beberapa menit kemudian ponsel gw berbunyi, ada panggilan masuk. Tertulis “Ahmad” pada layarnya

“ Gila lo ya Mad, gak ngasih kabar klo mudik ke serang, mana ponsel lo gak aktif lagi,” suara gw langsung meninggi menerima telpon dari ahmad. Kesal..

“ Maaf Brii. Gw gak sempat kasih kabar.” Suara Ahmad terdengar bergetar.
“Ponsel gw habis batrenya, gak sempat ngecas,”
“ Trus ngapa lo tiba-tiba mudik?” tanya gw penasaran.
“ Jam dua siang tadi Bapak meninggal mendadak, kami sekeluarga langsung membawa jenazah Bapak pulang ke serang, sekali lagi gw minta maaf, lo dimana ini? Belum sempat ke RSHS kan ?”

Itu penjelasan singkat Ahmad, Gw langsung terdiam dan gak tau harus ngomong apa.

Gw tambah kaget Ketika tiba-tiba melihat “Pak Solihin” keluar dari dalam ruangan tempat dia dirawat sebelumnya, lalu berjalan ke tempat semula, yaitu kursi kayu tempat gw duduk saat itu.

Badan gw lemas, pembicaraan dengan Ahmad di ponsel langsung gw tutup. Pak Solihin berjalan mendekat tanpa senyuman dan duduk di sebelah gw. Pada saat itu gw baru sadar, ternyata Beliau terlihat pucat dan kuyu. Gw gak bisa Lari

Kami hanya duduk diam, gak ada percakapan karena gw juga gak tahu mau bicara apa. Badan gw Gemetar dan berkeringat dingin. Gw membaca doa terus-terusan di dalam hati berusaha membangun keberanian.

Itulah salah satu “Lima Menit” terpanjang dalam Hidup.

Selama kira2 5 menit itu, Pak Solihin hanya menatap kosong ke depan, Gw gak berani sedikitpun melirik ke arah beliau. Suasana sangat Hening. Pada akhirnya, pelan pelan beliau mulai terlihat hendak memutar kepala ke arah kiri, ke arah posisi gw duduk dan mulai menatap ke arah gw

Gak tahan di rundung ketakutan. Sebelum Pak Solihin berkata sesuatu, gw sontak berdiri dan berkata

“ Pak, saya pulang dulu ya, Bapak yang tenang, Assalamualaikum”
Waalaikumsalam’” Jawab Pak Solihin datar dengan tatapan kosong.

Wajahnya lebih pucat, sangat berbeda dengan waktu gw lihat di awal pertemuan tadi.

Diambang pingsan, gw memaksa kaki untuk melangkah menjauh, pergi dari tempat itu.

Ketika belum terlalu jauh, gw menoleh ke belakang ke arah Pak Solihin duduk, beliau masih ada. Ketika sudah agak jauh, gw Kembali menoleh ke belakang,dan beliau udah gak ada. Gw langsung bergegas pulang.  Jokerdana

Besok paginya gw berangkat ke serang, ke rumah almarhum untuk melayat. (*)