Penampakan Hantu di Rumah Sakit
Berikut certa seram dari mas Brii, langsung aja yah kita simak cerita nya Mas Brii
Ada
pengalaman seram yang gw alami di beberapa Rumah Sakit. Nah malam ini gw akan
cerita di RS Hasan Sadikin Bandung
Masih selalu ingat Ketika Bapak
gw bilang kalau Rumah Sakit itu termasuk tempat yang “SUCI”.
Dinding-Dindingnya banyak
mendengar Doa tulus yang terucap, baik dari yang sedang sakit maupun yang sehat
walafiat.
Tapi meskipun begitu,
perasaan gw tetap aja gak enak setiap kali masuk rumah sakit, entah datang
sebagai pengunjung atau sebagai pasien. Beberapa kali juga gw lihat sedihnya “Perpisahan”,
bukan dari sisi yang ditinggalkan, tetapi dari sisi yang meninggalkan, alias
Berpulang.
Ahmad adalah salah satui
teman baik gw, temanan sejak SMA. Kami sama-sama kuliah di Bandung, walaupun
beda kampus. Jokerdana
Singkat cerita, pada suatu
hari ahmad mengabarkan bahwa bapaknya sedang dirawat di rumah sakit, Rumah
sakit Hasan Sadikin Bandung tepatnya
Peristiwa ini terjadi pada
masa awal gw kuliah, kala itu masih kost didaerah jalan Ciumbuleuit,Bandung.
Karena jarak Kost dan Rumah Sakit Hasan Sadikin gak terlalu jauh, gw langsung
meluncur ke sana Ketika ahmad memberikan kabar itu. Sebelum nya memang Pak Solihin
( Bapaknya Ahmad ) sudah sakit-sakitan sejak lama. Dan belakangan ini sakitnya
tambah parah.
Waktu itu RSHS masih belum
di renovasi besar-besaran seperti sekarang, masih bangunan lama dengan arsitektur
Belanda. Rumah sakit yang tergolong besar memanjang dari jalan Eykman sampai ke
jalan Pasteur.
Gedung Bangunan tempat pak
Solihin di rawat cukup jauh dibelakang, gw jalan hamper sampai di ujung komplek
bangunan rumah sakit.
Tahukan ruangan apa yang
biasanya di tempatkan pada paling ujung dan pojok bangunan ?
BENAR, Ruang Jenazah
Tapi gw jalan gak sampai
keruang jenazah. Beberapa belas meter sebelumnya gw sudah belok ke kanan.
Waktu itu karena mungkin
masih sekitar jam Sembilan, lingkungan RSHS masih belum terlalu sepi, masihj
ada beberapa orang lalu Lalang di sekitaran Gedung rawat Inap.
Gak susah juga mencari
ruangan Pak Solihin, gw langsung menemukan nya begitu masuk ke Gedung ruang
perawatan. Ketika sudah berada di dalam ruangan, gw lihat Cuma ada Ahmad dan
Pak Solihin.
Ahmad dengan telaten
sedang membalur tubuh bapaknya dengan minyak kayu putih. Setelah Berbincang
sebentar dengan pak Solihin, Ahmad mengajak gw ke luar ruangan, supaya bapaknya
dapat beristirahat.
Kami duduk di kursi kayu
didepan Gedung. Disitu Ahmad bercerita banyak, intinya penyakit radang
paru-paru yang diderita Bapaknya sudah tergolong parah. Menurut Ahmad, kalau dalam
minggu ini gak ada perkembangan bagus maka keluarga memutuskan untuk membawa
pulang dan dirawat di rumah saja.
Setelah berbincang sampai
jam dua belas malam, gw pamit pulang. Tapi Ahmad minta tolong, agar esok
harinya gw datang lagi ke rumah sakit menemani dia menginap disitu. Gw menyanggupi
ajakan nya dan akhirnya gw pun pulang. Malam itu tidak terjadi apa-apa. Jokerdana
Keesokan harinya,setelah
selesai kuliah g wakan langsung ke RSHS memenuhi permintaan Ahmad. Gw
memutuskan untuk pulang dulu ke kost-an dan akan ke RSHS selepas Magrib.
Sial.ternyata gw ketiduran.
Terbangun sekitar jam sebelas malam, buru2 gw bersiap ke RSHS. Sebelum pergi gw
coba telpon Ahmad, tp ponsel nya gak aktif. Gw putuskan langsung berangkat saja.
Gak sampai 15 menit dan hw sampai ke RSHS.
Memang sudah terlalu
malam, seharusnya pengunjung sudah tidak diperbolehkan masuk. Gw coba telpon ke
Ahmad sekali lagi, tapi masih belum aktif juga ponselnya.
Saat itu posisi sudah
berada di Lobby, gw coba sekali lagi menelpon Ahmad supaya menjemput gw di
lobby, tapi masih belum aktif juga ponselnya. Dan akhirnya gw nekat, Ketika pak
satpam teralihkan Fokusnya, gw nyelonong masuk dan Sukses…!!
Jam setengah dua belas
malam itu suasananya berbeda dengan yang gw rasakan pada malam sebelum nya,
jauh lebih sepi. Sepanjang Lorong yang gw lalui sangat hening, g ada orang lalu
Lalang. Gw masih berpikir mungkin karena sudah nyaris tengah malam.
Btw. Lorong RSHS ini
bentuknya Lorong terbuka, hanya tiang tiang kayu yang menunjang atap di
atasnya. Jadi udara dingin Bandung langsung menerpa tubuh yang salah kostum,
karena hanya menggunakan celana pendek. Lorong sepanjang kira2 300 meter itu
terasa berkilo kilo Panjang nya.
Karena perasaan gw mulai
gak enak sejak masuk ke area Gedung rawat inap, gw gak melihat satu orang pun.
Sepiii… dan hanya terdengar Langkah kaki gw saja. Udara semakin dingin suasana
semakin hening, semakin gak enak perasaan gw.
Sempat berpikir untuk Kembali
ke Lobby, tapi hak jadi karena ruangan pak Solihin hanya tinggal beberapa puluh
meter lagi. Gw memperlambat laju jalan, Ketika melihat sesuatu di depan Gedung rawat
inap
Dari kejauhan, gw melihat
ada seseorang yang sedang duduk di kursi kayu dekat pintu masuk. Karena lampu
selasar gak terlalu terang dari jarak sekitar dua puluh meter gw masih belum
bisa memastikan siapa orang itu, tapi dari perawakan nya tampak nya gw kenal.
Ah leganya, ternyata itu
pak Solihin.
“ Alhamdulillah beliau
sudah sehat..” Gumam gw dalam hati
Padahal kemarin untuk
bangun dari tempat tidur saja susah, tetapi sekarang sudah bisa duduk di kursi
luar.
“ Assalamualaikum,
Alhamdulillah.. sudah enakan badan nya pak ?” tanya gw ke pak Solihin
“Waalaikumsalam, Alhamdullilah
Brii, sudah enakan.” Jawabnya sambal tersenyum.
Ketika gw tanya Ahmad kemana,
beliau bilang Ahmad mendadak pulang ke Serang karena ada keperluan. Kota Serang Propinsi Banten
adalah kampung halaman Pak Solihin dan Keluarga. Cukup jauh dari Bandung.
“ Ah, sialan si Ahmad. Gak
bilang bilang kalau pulang mudik”. Sungut gw dalam hati, sudah gitu ponselnya
gak bisa di hubungi. Kalau tahu begitu, gw gak akan datang ke RSHS. Jokerdana
“ Trus Bapak sama siapa di
sini? Siapa yang menemani?”
“ Gak ada. Gak apa-apa,
Bapak sudah enakan kok,” jawab Beliau sambal tersenyum
Kami duduk bersebelahan di
kursi kayu Panjang dan g ada orang lain di sekitar. Perawat yang biasanya
berseliwean pun gak terlihat sama sekali. Kami berdua lebih banyak diam, karena
memang kami jarang ada kesempatan bertemu.
“ Bri, bapak ke toilet
dulu ya,” ujar Pak Solihin memecah keheningan malam.
“ Iya Pak, perlu saya
antar?”
“Gak perlu Brii,” Jawab
Pak Solihin datar tanpa senyum.
Kemudian beliau berjalan
masuk ke dalam ruang rawat inap tempat toilet berada. Beberapa menit kemudian
ponsel gw berbunyi, ada panggilan masuk. Tertulis “Ahmad” pada layarnya
“ Gila lo ya Mad, gak ngasih
kabar klo mudik ke serang, mana ponsel lo gak aktif lagi,” suara gw langsung
meninggi menerima telpon dari ahmad. Kesal..
“ Maaf Brii. Gw gak sempat
kasih kabar.” Suara Ahmad terdengar bergetar.
“Ponsel gw habis batrenya,
gak sempat ngecas,”
“ Trus ngapa lo tiba-tiba
mudik?” tanya gw penasaran.
“ Jam dua siang tadi Bapak
meninggal mendadak, kami sekeluarga langsung membawa jenazah Bapak pulang ke
serang, sekali lagi gw minta maaf, lo dimana ini? Belum sempat ke RSHS kan ?”
Itu penjelasan singkat
Ahmad, Gw langsung terdiam dan gak tau harus ngomong apa.
Gw tambah kaget Ketika tiba-tiba
melihat “Pak Solihin” keluar dari dalam ruangan tempat dia dirawat sebelumnya,
lalu berjalan ke tempat semula, yaitu kursi kayu tempat gw duduk saat itu.
Badan gw lemas,
pembicaraan dengan Ahmad di ponsel langsung gw tutup. Pak Solihin berjalan
mendekat tanpa senyuman dan duduk di sebelah gw. Pada saat itu gw baru sadar,
ternyata Beliau terlihat pucat dan kuyu. Gw gak bisa Lari
Kami hanya duduk diam, gak
ada percakapan karena gw juga gak tahu mau bicara apa. Badan gw Gemetar dan
berkeringat dingin. Gw membaca doa terus-terusan di dalam hati berusaha
membangun keberanian.
Itulah salah satu “Lima
Menit” terpanjang dalam Hidup.
Selama kira2 5 menit itu, Pak
Solihin hanya menatap kosong ke depan, Gw gak berani sedikitpun melirik ke arah
beliau. Suasana sangat Hening. Pada akhirnya, pelan pelan
beliau mulai terlihat hendak memutar kepala ke arah kiri, ke arah posisi gw
duduk dan mulai menatap ke arah gw
Gak tahan di rundung
ketakutan. Sebelum Pak Solihin berkata sesuatu, gw sontak berdiri dan berkata
“ Pak, saya pulang dulu
ya, Bapak yang tenang, Assalamualaikum”
“ Waalaikumsalam’” Jawab
Pak Solihin datar dengan tatapan kosong.
Wajahnya lebih pucat,
sangat berbeda dengan waktu gw lihat di awal pertemuan tadi.
Diambang pingsan, gw
memaksa kaki untuk melangkah menjauh, pergi dari tempat itu.
Ketika belum terlalu jauh,
gw menoleh ke belakang ke arah Pak Solihin duduk, beliau masih ada. Ketika
sudah agak jauh, gw Kembali menoleh ke belakang,dan beliau udah gak ada. Gw
langsung bergegas pulang. Jokerdana
Besok paginya gw berangkat ke serang, ke rumah
almarhum untuk melayat. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar